top of page

-Joseph Mwakima

STAF HUBUNGAN MASYARAKAT WILDLIFE WORKS

Di Kasigau, melalui proyek Wildlife Works REDD+, kami memiliki cara untuk menjaga hutan dan membantu manusia hidup berdampingan dengan satwa liar. Melalui REDD+, kami berhasil mendanai kebutuhan penting seperti pendidikan, akses ke air bersih, dan klinik kesehatan. Berkat beasiswa yang kami sediakan, banyak siswa yang menikmati akses ke pendidikan dan sekarang terjun ke masyarakat sebagai guru, perawat, dokter dan bahkan pemilik usaha.

>100k

BERMITRA DENGAN MASYARAKAT

200k

HEKTAR

HUTAN YANG BERHASIL DILINDUNGI

3

SPESIES YANG TERANCAM PUNAH

BERHASIL DILINDUNGI

1.7m

EMISI tCO2e

BERHASIL DICEGAH LEPAS KE ATMOSFER HINGGA HARI INI

TONTON

ABOUT THE KASIGAU CORRIDOR REDD+ PROJECT
The Kasigau Corridor REDD+ project is the world’s first and longest standing certified REDD+ (Reducing Emissions from Deforestation and Degradation) project.
WATER IS LIFE
At the Kasigau Corridor REDD+ project in Kenya, community members are investing carbon revenue into improving access to water for all.
PORTRAIT OF A RANGER: CONNIE
At the Kasigau Corridor REDD+ project in Kenya, Connie Mwandaa has helped pave the way for female rangers.
Filip-C-Agoo-Everland-Marketing-Kenya-1670-WEB-low-resolution.jpg

KASIGAU, KENYA

logo

TAUTAN LEBIH LANJUT 

START DATE: JANUARY, 2010

DURATION: 30 YEARS

PROJECT TYPE: AVOIDED DEFORESTATION REDD+

TAUTAN LEBIH LANJUT 

METHODOLOGY: VM0009

REGISTRY: VERRA

THIRD-PARTY VERIFIED ☑

decorative vector image
decorative vector image
decorative vector image
decorative vector image

LABORATORIUM KESEHATAN DIAGNOSTIK DIRENOVASI, DAN PROGRAM PENDIDIKAN MENGENAI KESEHATAN DIDIRIKAN UNTUK >1200 SISWA

LEBIH DARI 50 PROYEK AIR BERSIH DAN KONSERVASI AIR TELAH SELESAI DILAKSANAKAN

SEBANYAK 36 SEKOLAH TELAH DIRENOVASI, 10 SEKOLAH BARU TELAH DIBANGUN, DAN LEBIH DARI 30.000 BEASISWA DIBERIKAN KEPADA SISWA.

1.700 PEREMPUAN TERLIBAT DALAM USAHA KERAJINAN TANGAN, MENGHASILKAN PENDAPATAN SEBESAR $250.000 PADA TAHUN 2021

MENYEDIAKAN PEKERJAAN BAGI LEBIH DARI 400 ORANG LOKAL, DENGAN 1/3 DI ANTARANYA ADALAH PEREMPUAN

DAMPAK PROYEK

Area proyek Koridor Kasigau merupakan tempat tinggal bagi lebih dari 100.000 anggota masyarakat hutan yang tersebar di enam kota.

Area proyek REDD+ Koridor Kasigau merupakan rumah bagi lebih dari 100.000 orang. Sebagian besar ini dihuni oleh orang-orang yang mengidentifikasi dirinya sebagai Taita. Suku Taita terdiri dari tiga subkelompok: Wadawida, Wasaghalla, dan Wataveta, yang diperkirakan bermigrasi ke daerah tersebut sekitar tahun 1000-1300 Masehi.

 

Secara tradisional, suku Taita tinggal di perbukitan yang dekat dengan sumber air. Ini memungkinkan bagi mereka untuk berbagi lingkungan secara harmonis dengan populasi satwa liar besar yang menjelajahi dataran di bawah perbukitan.

Kegiatan ekonomi tradisional suku Taita meliputi berburu, beternak, dan pertanian subsisten dengan tanaman seperti sorgum, millet, dan ubi. Namun, dengan bertumbuhnya populasi dan meningkatnya persaingan untuk mendapatkan sumber daya, banyak anggota suku Taita bermigrasi ke dataran di bawah perbukitan yang mengakibatkan meningkatnya konflik dengan satwa liar yang juga tinggal di dataran tersebut.

 

Proyek REDD+ Koridor Kasigau terletak di sepanjang jalur rel kereta api Mombasa-Nairobi yang membelah ekosistem Tsavo yang lebih luar. Terletak dekat dengan jalur perdagangan penting, masyarakat di daerah ini telah mengalami berbagai peristiwa sejarah, termasuk perdagangan budak, penjajahan Inggris, Perang Dunia II, dan pemberontakan Mau Mau

ARTIKEL 01

Putra Pemburu, di usia 26 Tahun Mampu Wujudkan Impian Membangun Konservasi Percontohan

Daniel Zuma bukan karakter biasa di dalam cerita kami. Sebagai pilot gyrocopter di Wildlife Works, pria berusia 26 tahun ini telah mewujudkan mimpinya dan yang lebih mengesankan lagi, ia bertekad untuk menginspirasi komunitasnya.

Baca selengkapnya

ARTIKEL 02

Kisah Sukses Beasiswa

“Datang dari situasi di mana tidak ada harapan untuk masa depan hingga akhirnya saya berada diposisi ini adalah pencapaian terbesar saya,” ujar Julius Mkala, penerima beasiswa Wildlife Works.

Baca selengkapnya

CERITA DARI MASYARAKAT

PRODUKSI ARANG RAMAH LINGKUNGAN

Baca selengkapnya

Produksi arang dapat berdampak negatif terhadap lingkungan, karena dibutuhkan 10 ton kayu untuk menghasilkan 1 ton arang. Tim kami yang bertanggung jawab atas produksi arang yang berkelanjutan, telah berhasil memproduksi puluhan ribu kilogram arang ramah lingkungan tanpa harus menebang pohon satupun. Kami juga sedang mengembangkan saluran distribusi untuk meningkatkan jangkauan produk ini. Sebanyak delapan staf tetap kami secara manual memproses antara 850-1.274 briket arang berbobot 0,5 kg/minggu.

TATA KELOLA MASYARAKAT

Baca selengkapnya

Komite Karbon Lokasi (LCC) adalah struktur tata kelola yang memungkinkan masyarakat secara langsung mengalokasikan pendapatan dari penjualan karbon untuk mendukung inisiatif berbasis masyarakat. LCC dipilih secara demokratis dan memiliki tanggung jawab untuk menyetujui anggaran dan pengeluaran untuk berbagai proyek yang bermanfaat bagi masyarakat.

KESETARAAN DALAM PENDIDIKAN

Baca selengkapnya

Selain digunakan untuk mendanai beasiswa dan infrastruktur sekolah, masyarakat juga memilih untuk menggunakan pendapatan karbon untuk mendukung program pendidikan kesehatan setelah sekolah. Pada tahun 2021, program percontohan diluncurkan di 10 sekolah dasar di seluruh wilayah proyek. Proyek ini menggabungkan olahraga bola voli inklusif gender dengan pendidikan kesehatan reproduksi. Subjek yang diajarkan, baik kepada anak laki-laki maupun perempuan, mencakup topik-topik seperti kekerasan berbasis gender, menstruasi, IMS, dan HIV.

PEKERJAAN YANG BERKELANJUTAN

Baca selengkapnya

Proyek ini mendukung kelompok perempuan turut ikut menganyam keranjang di zona proyek, serta memfasilitasi produksi kerajinan ramah lingkungan lainnya seperti sabun dan pakaian. Tujuannya adalah untuk memperkuat peluang ekonomi perempuan, menghubungkan mereka ke pasar eksternal, membangun kapasitas, dan meningkatkan kualitas produk kerajinan yang dihasilkan kelompok lokal ini.

PERTANIAN KONSERVASI

Baca selengkapnya

Rumah kaca organik kami bertanggung jawab dalam mendistribusikan bibit ke masyarakat untuk program reboisasi dan kebun masyarakat. Pendapatan karbon juga mendanai akses air dan pelatihan pertanian berkelanjutan bagi masyarakat.

KONSERVASI AIR

Baca selengkapnya

Pendapatan karbon telah mendanai penyelesaian proyek infrastruktur air seperti tangkapan hujan, pipa, dan lain-lain yang secara signifikan meningkatkan akses lebih dari 100.000 orang ke air bersih.

MASYARAKAT SEBAGAI MITRA

° Loxodonta africana

GAJAH SAVANNAH AFRIKA

Gajah sabana Afrika atau yang kerap dipanggil Gajah Semak Afrika, adalah hewan darat terbesar di planet ini, terlihat sangat menakjubkan. Mereka memiliki kemampuan memori yang luar biasa, mereka dapat mengingat area pakan utama saat melakukan migrasi di sabana. Kecerdasan emosional dan empati yang mereka miliki membuat mereka sebagai kelompok sosial yang erat dan kuat hingga selalu bersatu dalam menghadapi tantangan. Tingginya tingkat intelejensi mereka membuat mereka mampu merasakan emosi bahagia dan berkabung (dikenal sebagai “elephant funerals”) ketika anggota kelompok mereka meninggal. Gajah Afrika dikenal sebagai "ecosystem engineer" karena mereka menciptakan habitat unik untuk spesies lain dengan mengubah lingkungan secara fisik. Hanya melalui jejak kaki mereka yang besar, mereka membuat kolam kecil untuk katak. dan mereka juga membantu menyuburkan tanah serta menyebarkan benih tanaman yang mereka makan, yang secara positif memengaruhi siklus hidup ekosistem. Konflik antar manusia dan satwa liar sekarang menjadi salah satu ancaman utama bagi gajah sabana di seluruh Afrika, yang populasinya telah menurun setidaknya 60% selama 50 tahun terakhir, menurut penilaian IUCN terbaru. Ancaman lainnya adalah kekeringan yang terkait dengan perubahan iklim, di mana petugas satwa liar di Kenya melaporkan bahwa gajah sekarang lebih sering mati karena dehidrasi akibat kekeringan daripada akibat perburuan liar Pada paruh pertama tahun 2022 saja, sekitar 179 gajah dilaporkan meninggal akibat kekeringan. Ada perkiraan lebih dari 11.000 gajah yang menggunakan koridor ini sebagai rute migrasi utama, dan lebih dari 2.000 gajah yang tinggal di daerah tersebut sebagai rumah permanen. Ancaman terhadap kelangsungan hidup gajah sabana Afrika memerlukan upaya serius untuk perlindungan dan pelestarian spesies ini.

°Giraffa tippelskirchi

JERAPAH MAASAI

Jerapah, makhluk raksasa sabana yang tenang, memegang peran penting dalam menjaga kesehatan ekosistem di proyek Koridor Kasigau. Dengan leher sepanjang 6 kaki, jerapah memakan dan memangkas bagian atas pohon Akasia berduri yang ikonik. Dengan cara ini, jerapah tidak bersaing dengan herbivora lain yang lebih kecil untuk mendapatkan makanan, dan mereka membantu membuka kanopi pohon sehingga tanaman di bawahnya dapat menerima lebih banyak cahaya matahari. Dalam prosesnya, jerapah juga membantu menyebarkan biji-biji akasia ke seluruh sabana saat mereka bermigrasi. Sayangnya, dalam 30 tahun terakhir, populasi jerapah di seluruh Afrika mengalami penurunan lebih dari 40%, dan saat ini hanya tersisa sekitar 100.000 jerapah di seluruh benua Afrika. Beberapa faktor yang menyebabkan penurunan populasi adalah kekeringan akibat perubahan iklim, hilangnya habitat jerapah, perburuan untuk tujuan trofi, serta perburuan liar untuk kulit dan ekor jerapah.

°Panthera leo

SINGA

Singa adalah predator puncak (apex predator) yang memainkan peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem dengan mengontrol populasi herbivora. Tanpa singa, ekosistem menjadi tidak seimbang dengan populasi zebra, rusa, dan antelop yang tidak terkendali dapat mengganggu padang rumput yang berlebihan, yang pada gilirannya dapat menyebabkan degradasi habitat. Singa sering mengejar anggota kawanan yang paling lemah, seperti yang membawa parasit, penyakit, atau memiliki cacat genetik, sehingga membantu menjaga populasi herbivora yang sehat dan tangguh serta mencegah penyebaran penyakit. Meskipun mempunyai peran penting, populasi singa terus menurun secara global akibat perburuan dan hilangnya habitat yang disebabkan oleh aktivitas manusia. Secara keseluruhan, diperkirakan hanya ada 30-40.000 singa dewasa yang tersisa di Afrika, dan mereka terdaftar sebagai spesies terancam punah dalam daftar IUCN. Pada saat tertentu, area proyek kami memiliki populasi singa sekitar 15-30 ekor.

° Gyps africanus

VULTUR BERPUNGGUNG PUTIH

Hering Punggung Putih (White backed vulture) adalah spesies yang terancam punah di kawasan hutan lindung di Kenya dan memiliki peran penting dalam menjaga kesehatan ekosistem. Meskipun pekerjaannya tidak terlihat luar biasa, tetapi sebagai "tukang sampah" di Savanna, burung nasar menghilangkan zat beracun dari lingkungan yang bisa membahayakan manusia dan spesies lain. Sayangnya, 70% dari semua spesies hering Afrika saat ini terancam punah. Beberapa obat-obatan yang digunakan pada ternak, seperti Diklofenak, dapat beracun bagi burung pemakan bangkai seperti hering punggung putih yang memakan sisa-sisa ternak yang telah diberi obat tersebut. Terkadang, burung nasar juga sengaja diracuni oleh pemburu yang ingin menyembunyikan lokasi hewan untuk diburu secara ilegal. Hilangnya burung nasar berdampak pada rantai makanan dan dapat merugikan banyak spesies, termasuk manusia. Tanpa burung nasar, pemakan bangkai lain seperti tikus dan anjing liar dapat mengisi peran ekologis mereka, yang berpotensi menyebarkan penyakit berbahaya bahkan bisa membahayakan manusia. Dalam kasus burung nasar ini menunjukkan bahwa satwa liar berperan dalam menjaga keseimbangan ekosistem dan melindungi kesehatan manusia. Dalam kemitraan dengan masyarakat setempat, upaya dilakukan untuk melindungi spesies hering punggung putih yang terancam punah dan habitat mereka di Koridor Kasigau..

SPESIES SATWA LIAR

YANG MENJADI FOKUS KAMI

Area proyek ini sekarang menjadi rumah bagi populasi satwa liar yang sangat beragam, termasuk lebih dari 300 spesies burung, 20 spesies kelelawar, dan lebih dari 50 spesies mamalia besar. Di antara populasi mamalia tersebut terdapat spesies-spesies penting seperti Zebra Grevy dan Anjing Liar Afrika yang masuk dalam spesies terancam punah dalam Daftar Merah IUCN

Koridor Kasigau terdiri dari lebih dari 200.000 hektar hutan lahan kering yang didominasi oleh pohon Acacia-Commiphora.

Banyak anggota masyarakat bergantung pohon Acacia dan Commiphora untuk membuat arang, yang kemudian sebagai bahan bakar untuk memasak makanan.  Saat ini pabrik arang ramah lingkungan telah membantu memproduksi arang secara berkelanjutan tanpa menebang pohon dan mereka menghasilkan sekitar seribu briket berukuran 0,5 kg per minggu.

 

Pohon baobab yang uga dikenal sebagai “Pohon Kehidupan” atau Tree of Life, dapat ditemukan menjulang di langit-langit Koridor Kasigau yang luar.  Pohon baobab adalah jenis sukulen terbesar di dunia dan memiliki kemampuan unik untuk menyimpan lebih dari 1000 galon air di batangnya. Pohon baobab juga dapat hidup selama lebih dari seribu tahun.  Selain memberikan keteduhan dan habitat penting bagi satwa liar, pohon baobab juga memiliki nilai penting dalam tradisi budaya masyarakat setempat.

HUTAN

FAQ

FAQ

  • At the start of the project, unplanned slash-and-burn expansion for cattle ranching was the main driver of larger scale deforestation in the area. The project activities have been successful at stopping this illegal activity, since community land owners now have an alternative revenue stream from carbon sales. 

  • Wildlife Works does not restrict activities of community members. Our conservation strategy is founded on holistically partnering with the local communities who choose to protect their surrounding forest by using carbon revenues to fund their self-determined social and economic development plans. Completely stopping deforestation is an unrealistic goal when people live in close proximity to  a forest. Decreasing the rate of deforestation in the project area is the expected goal. Although illegal charcoal burning and poaching have always been and remain a consistent threat, these activities have been dramatically reduced by daily foot and air patrols. Sustainable jobs and economic development that carbon revenue provides to the wider community also curbs reliance on extractive forms of livelihood. The project has proven to reduce deforestation against its validated baseline every year since the start of the project because community development investments have helped to curb the communities’ reliance on extraction. Additional proof that the project has been successful in protecting the forest and wildlife is the return of elephants to the area soon after the project started. Currently there are over 11,000 elephants in the Tsavo ecosystem with about 2,000 of them using the corridor as their permanent home. 

  • The reference area was delineated through requirements outlined in sections 6.3.1 and 6.3.2 of the VM0009 methodology, “Methodology for Avoided Mosaic Deforestation for Tropical Forests.”


    A common misconception is that the reference area must exactly match the socioeconomic conditions of the project area. However, the project area, by its very definition, consists of remaining intact forest to be conserved.  


    In places like Kenya where population pressures and unsustainable development patterns lead to complete deforestation, standing forests tend to have few to no community members living in proposed project areas. Instead, community members are typically surrounding intact forests, which is why these forests are still standing, but are under immense threat from surrounding resource extraction pressures. So in order to predict future deforestation in a standing forest, one must find a geographically and ecologically similar reference area to demonstrate what will happen in the proposed project area. 


    The reference area in Taita Hills was used to calculate the baseline for the project because of its similar ecological properties . The reference area also has nearly identical land tenure to that of the project area, as it is bounded by Tsavo West national park to the west, Tsavo East national park to the Northeast, and group-owned ranches on all other boundaries.
    This reference area has a larger population than the project area (around 100,000 people) because this represents the community members that have moved in and deforested the area, and is a very similar to the population (also around 100,000 people) that would most likely move into the Kasigau Corridor if not for the REDD+ project. The inherent logic behind REDD+ necessitates that the reference area show what would happen if deforestation pressures went unabated. If the project area was not protected, the logical conclusion is that people would move into the area and convert it to subsistence farms. As of today, the project area only has community members surrounding it. Therefore, the forest remains protected, but remains under threat from surrounding deforestation pressures.


    Kasigau has been independently verified 9 times and is the most visited and awarded REDD+ project in the world.

  • The community landowners are native Taita Kenyan families, the majority of whom have lived in the area for generations. Wildlife Works recognizes the complex socioeconomic and political history of the region, and the structural inequalities it has created. Our community engagement practices and governance structure recognizes and takes these disparities and complexities they create into account. 

  • There are over 100,000 community residents that live in the Kasigau Corridor REDD+ Project zone. It should be expected that  each village and each individual will have varying degrees of knowledge and direct interaction with the project. Since starting the REDD+ project in 2010, community engagement activities have only increased. 

    The core of the community democratic governance structure is the Local Carbon Committees and the Community Trust. Project activities are determined by a unique Community Trust model that centers the needs of villagers to allot revenues from the sale of carbon credits in the Wildlife Works REDD+ Project. Each self-determined community project evolves in a democratic process that ensures transparency and equity. The Community Trust was set up in 2011, with standard operating guidelines regularly updated to account for community needs and legal/regulatory changes. The Trust’s core decision-making are Locational Carbon Committees (LCCs). Each LCC represents a village and is composed of 7-9 democratically elected members, with equitable representation in gender, age and physical ability . The LCCs meet eight times per     year to decide and vote on projects to benefit the Kasigua communities. They are advised by non-voting representatives from local and county governments, for example an engineer from a water board to provide guidance on pipeline construction.

  • Wildlife Works had been partnering with community members in the area for 10 years prior to the start of the REDD+ project. Proper and thorough FPIC was conducted with the community land owners and community members for them to consent to the REDD+ project.  We believe FPIC is a continuous process, and does not end once communities give their consent for the start of a project. Read more about our continuous, fluid FPIC process   here
    Wildlife Works’ REDD+ projects follow the Cancun Safeguards for Free, Prior, and Informed Consent (FPIC), a process protected by international human rights standards that states, ‘all peoples have the right to self-determination’ and ‘all peoples have the right to freely pursue their economic, social and cultural development.’ 

MAI NDOMBE

REPUBLIK DEMOKRAT KONGO/DRC

Di Republik Demokratik Kongo (DRC), proyek REDD+ Mai Ndombe melindungi 300.000 hektar hutan hujan tropis.

Pelajari lebih lanjut

Pelajari lebih lanjut

EKOREGION PASIFIK

KOLOMBIA

Di Ekoregion Pesisir Pasifik Kolombia, kami sedang mengembangkan 3 proyek untuk melindungi 500.000 hektar hutan.

Pelajari lebih lanjut

PROYEK LAINNYA

ASAL-USUL

Proyek REDD+ Koridor Kasigau memiliki peran sebagai koridor penting bagi satwa liar yang menghubungkan dua taman nasional terbesar di Kenya: Tsavo East dan Tsavo West.

 

Pada akhir tahun 1990-an, hutan lahan kering Koridor Kasigau mengalami degradasi akibat berbagai faktor termasuk penggembalaan ternak yang berlebihan, penebangan pohon untuk arang dan pemburu liar yang dengan mudah mengakses lahan tersebut. Eksploitasi dan marginalisasi selama berabad-abad telah mendorong anggota komunitas ini ke titik kehancuran, dan upaya mereka untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka telah menghasilkan pola hidup yang tidak berkelanjutan, yang juga merusak lingkungan alam yang menjadi sumber daya penting bagi mereka.

PROYEK

Berangkat dari proyek ini, Wildlife Works merombak model konservasi yang konvensional dan seringkali tidak berhasil, serta menggagas pendekatan konservasi yang baru: pendekatan yang menempatkan masyarakat sebagai pengambil keputusan utama. Tujuan utama proyek ini adalah mengurangi tekanan terhadap ekosistem dengan menciptakan lapangan kerja.

 

Dengan melindungi hutan dan memperoleh pendapatan dari penjualan kredit karbon, kami bermitra dengan masyarakat lokal di wilayah Koridor Kasigau untuk bersama-sama menciptakan pekerjaan jangka panjang yang menggantikan sumber pendapatan yang tidak berkelanjutan seperti perburuan liar, pertanian subsisten, dan penebangan secara ilegal. Upaya ini mencakup pekerjaan yang melindungi satwa liar, membuat produk ramah lingkungan, mendukung pendidikan, dan mengembangkan teknik pertanian konservasi bersama petani.

 

Melalui model tata kelola masyarakat yang inovatif ini, masyarakat Kasigau dapat menentukan sendiri prioritas penggunaan pendapatan karbon. Mereka menggunakan pendapatan tersebut untuk investasi berkelanjutan, seperti memberikan beasiswa bagi anak-anak, membangun infrastruktur sekolah, sistem air bersih, dan program lainnya yang bertujuan meningkatkan ekonomi, kesehatan, dan kesejahteraan komunitas.

bottom of page