top of page

Bersama Masyarakat Menghadapi Banjir di Wilayah Proyek REDD+ Gerbang Barito

  • Wildlife Works
  • 11 Jul
  • 3 menit membaca
ree

Melindungi Hutan, Melindungi Masyarakat

Oleh Tamara Anisa, WW Indonesia Communications Specialist


Pada Maret 2025, banjir besar melanda sejumlah desa di Kabupaten Barito Selatan, Kalimantan Tengah, termasuk beberapa wilayah yang berada dalam area Proyek REDD+ Gerbang Barito. Rumah warga terendam, sekolah-sekolah terpaksa diliburkan, dan akses terhadap layanan kesehatan serta bahan pangan menjadi tantangan besar bagi masyarakat. Banjir ini merupakan bagian dari bencana yang lebih luas yang terjadi di empat kabupaten di Kalimantan Tengah, dengan lebih dari 55.000 orang terdampak dan hampir 12.000 rumah terendam, menurut data pemerintah per 22 Maret 2025. Kabupaten Barito Selatan mengalami durasi banjir terpanjang, berlangsung selama 89 hari dari 7 Januari hingga 5 April,2025. Desa Batampang dan Batilap termasuk di antara wilayah yang terdampak cukup parah.


Di tengah krisis yang terus berlangsung, mitra kami mengirimkan informasi terbaru dari lapangan yang menunjukkan meningkatnya risiko kesehatan dan terganggunya aktivitas masyarakat. Menanggapi situasi ini, Wildlife Works Indonesia (WWI) segera mengerahkan respons darurat untuk membantu masyarakat di Batampang dan Batilap, dua desa yang menjadi bagian penting dalam pelaksanaan proyek konservasi berbasis masyarakat ini.


Bekerja sama dengan Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD) dan pemerintah desa setempat, tim kami menjalankan respons kemanusiaan selama tiga hari, dari 24 hingga 26 Maret 2025, yang mencakup pelayanan kesehatan dan distribusi bantuan sembako bagi seluruh warga di kedua desa tersebut


ree

Memberikan Bantuan yang Dibutuhkan

Selama misi berlangsung, lebih dari 400 orang menerima layanan kesehatan, termasuk pengobatan untuk gangguan pernapasan, diare, infeksi kulit, tekanan darah tinggi, dan penyakit lain yang berkaitan dengan banjir. Tim medis kami juga mengidentifikasi beberapa kasus yang perlu dirujuk ke fasilitas kesehatan, seperti infeksi telinga dan radang amandel kronis.


Pada saat yang bersamaan, sekitar 800 keluarga menerima bantuan sembako. Setiap paket berisi kebutuhan pokok seperti beras, minyak goreng, teh, dan sirup, serta bahan pangan lain yang sulit didapatkan akibat  banjir dan hujan berkepanjangan yang menghambat masyarakat mencari ikan dan mengganggu rantai pasok pangan di wilayah pedesaan ini,



Pentingnya Kolaborasi

Respons ini terlaksana berkat kerja sama erat antara tim kami, relawan lokal, dan kepemimpinan masyarakat. Obat-obatan dibeli dari berbagai apotek di Palangkaraya dan dikemas secara gotong royong, sementara sembako dipilah ulang agar lebih mudah dibawa melalui jalur sungai. Meski cuaca buruk dan tantangan logistik sempat menghambat, koordinasi yang kuat memastikan bantuan tetap sampai ke tangan warga.


ree

“Saya ingin menyampaikan terima kasih kepada LPHD, Badan Permusyawaratan Desa, dan Pemerintah Desa atas dukungannya sehingga program ini bisa berjalan lancar. Semoga kolaborasi ini membawa manfaat bagi kita semua,” ujar Samitro, Ketua LPHD Desa Batampang.


Kami juga menyaksikan bagaimana masyarakat bergerak bersama. Warga saling bantu, para pemimpin turun tangan, dan semua bergandengan tangan demi memastikan tidak ada yang tertinggal.


Krisis Iklim dan Dampaknya bagi Masyarakat

ree

Banjir kini bukan lagi peristiwa luar biasa. Di Kalimantan dan banyak wilayah lain di Indonesia, intensitasnya meningkat dan durasinya makin panjang. Perubahan iklim memperburuk kondisi alam yang sudah rapuh, memperparah kerusakan ekosistem, dan memicu bencana yang berdampak langsung pada kehidupan masyarakat di sekitar hutan.


Bagi masyarakat yang bergantung pada sumber daya alam untuk pangan, air, dan penghidupan, krisis ini terasa nyata. Aktivitas mencari ikan, akses ke sekolah hingga pelayanan kesehatan terganggu. Maka, dalam konteks ini, konservasi tak bisa lagi dilihat semata-mata sebagai upaya melindungi pohon atau satwa liar. Konservasi juga berarti ikut memperkuat kemampuan masyarakat dalam menghadapi tekanan lingkungan yang terus meningkat. 

 

Lebih dari Sekedar Melindungi Hutan

ree

Bagi Wildlife Works Indonesia, konservasi berbasis masyarakat tidak hanya soal menjaga ekosistem hutan, tetapi juga menyertakan upaya untuk mendampingi masyarakat ketika menghadapi situasi sulit. Hubungan yang terbangun dengan masyarakat menjadi landasan penting dalam mewujudkan konservasi yang berkelanjutan.


Respons darurat yang dilakukan pada Maret 2025 merupakan bagian dari bentuk investasi awal kami kepada masyarakat yang menjadi bagian dari Proyek REDD+ Gerbang Barito. Meskipun proyek belum menghasilkan kredit, kami percaya penting untuk menunjukkan komitmen sejak awal. Langkah ini mencerminkan nilai kepercayaan dan kolaborasi yang menjadi dasar hubungan kami dengan masyarakat.


“Saya anggota BPD, mewakili Kepala Dusun Simpang Telo, sangat berterima kasih kepada PT WWI atas terselenggaranya layanan kesehatan gratis dan akses terhadap sembako bagi masyarakat kami. Semoga PT WWI terus sukses dan, jika memungkinkan, bisa kembali memberikan dukungan serupa. Atas nama warga, kami sampaikan apresiasi yang sebesar-besarnya.”


Respons ini menjadi pengingat bahwa konservasi bukan hanya soal menjaga alam, tetapi juga soal berdiri bersama masyarakat di saat mereka harus menghadapi risiko terbesar dari krisis iklim dan ketidakpastian.

bottom of page